Mendengkur ketika tidur tidak hanya dapat
mengganggu kenyamanan pasangan saja, tetapi juga dapat mengganggu
kesehatan. Orang yang tidurnya ngorok memiliki risiko yang sama besarnya
dengan perokok untuk kesehatan jantung.
Para ilmuwan dari Henry Ford Hospital di Detroit, Michigan baru-baru ini melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa mendengkur bisa mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius. Mendengkur mungkin merupakan pertanda awal kerusakan kardiovaskular.
Bahkan efek mendengkur terhadap penyakit kardiovaskular hampir sama seperti ketika seseorang merokok atau mengalami obesitas.
Sebelumnya telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sleep apnea terkait dengan penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Kondisi tersebut ditandai dengan mendengkur keras, terhambatnya saluran udara, dan kurangnya aliran oksigen ke otak.
Namun, banyak orang yang mendengkur ketika tidur tetapi tidak mengembangkan sleep apnea. Penelitian telah menemukan bahwa mendengkur dapat menyebabkan peradangan dan perubahan pada arteri karotis.
Penelitian tersebut dilakukan dengan meneliti data dari 913 pasien antara usia 18 dan 50 tahun. Semua peserta tersebut sebelumnya telah berpartisipasi dalam studi tidur pada tahun 2006 hingga tahun 2012. Tidak satu pun dari peserta penelitian tersebut yang didiagnosis dengan sleep apnea.
Kemudian peserta diminta mengikuti survei tentang kebiasaan mendengkurnya dan menjalani USG untuk mengukur ketebalan arteri karotisnya. Peneliti mengukur seberapa tebal lapisan dalam dinding arteri, yang sering menjadi tanda pertama dari penyakit arteri karotis.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang tidurnya ngorok memiliki arteri karotis yang lebih tebal dibandingkan dengan orang yang tidak ngorok ketika tidur. Bahkan, temuan tersebut sebanding dengan apa yang terjadi pada orang yang merokok atau yang memiliki diabetes atau hipertensi.
Periksakan kondisi Anda ke dokter jika dengkuran semakin keras dan menyebabkan ketidaknyamanan untuk mewaspadai penyakit kardiovaskular. Temuan tersebut akan dipresentasikan minggu ini dalam pertemuan Combined Sections Meeting of the Triological Society di Scottsdale, Arizona, seperti dikutip dari medicaldaily.
Para ilmuwan dari Henry Ford Hospital di Detroit, Michigan baru-baru ini melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa mendengkur bisa mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius. Mendengkur mungkin merupakan pertanda awal kerusakan kardiovaskular.
Bahkan efek mendengkur terhadap penyakit kardiovaskular hampir sama seperti ketika seseorang merokok atau mengalami obesitas.
Sebelumnya telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sleep apnea terkait dengan penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Kondisi tersebut ditandai dengan mendengkur keras, terhambatnya saluran udara, dan kurangnya aliran oksigen ke otak.
Namun, banyak orang yang mendengkur ketika tidur tetapi tidak mengembangkan sleep apnea. Penelitian telah menemukan bahwa mendengkur dapat menyebabkan peradangan dan perubahan pada arteri karotis.
Penelitian tersebut dilakukan dengan meneliti data dari 913 pasien antara usia 18 dan 50 tahun. Semua peserta tersebut sebelumnya telah berpartisipasi dalam studi tidur pada tahun 2006 hingga tahun 2012. Tidak satu pun dari peserta penelitian tersebut yang didiagnosis dengan sleep apnea.
Kemudian peserta diminta mengikuti survei tentang kebiasaan mendengkurnya dan menjalani USG untuk mengukur ketebalan arteri karotisnya. Peneliti mengukur seberapa tebal lapisan dalam dinding arteri, yang sering menjadi tanda pertama dari penyakit arteri karotis.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang tidurnya ngorok memiliki arteri karotis yang lebih tebal dibandingkan dengan orang yang tidak ngorok ketika tidur. Bahkan, temuan tersebut sebanding dengan apa yang terjadi pada orang yang merokok atau yang memiliki diabetes atau hipertensi.
Periksakan kondisi Anda ke dokter jika dengkuran semakin keras dan menyebabkan ketidaknyamanan untuk mewaspadai penyakit kardiovaskular. Temuan tersebut akan dipresentasikan minggu ini dalam pertemuan Combined Sections Meeting of the Triological Society di Scottsdale, Arizona, seperti dikutip dari medicaldaily.
sumber : http://health.detik.com